Headlines News :

Entertainment

Home » » Gerbang Kemiskinan

Gerbang Kemiskinan

Written By rumah karya on Sabtu, 09 Oktober 2010 | 16.25

Satu hal yang dikhawatirkan oleh rasulullah Saw.adalah ketika dibentangkannya dunia, sebagaimana diluaskan pada umat-umat terdahulu, kemudian manusia saling balapan untuk merengkuhnya, hingga mereka lebur, jatuh terjerembab dan tersungkur, layaknya umat di masa lampau.Sebagai sample, bisadilihat bagaimana Qarun dan hartanya dibenamkan ke dalam tanah, kekayaan telah menutup gerbang hatinya, hingga ia lupa pada sang Pemberi. Kekayaan telah menggelapkan pandangnya, hingga ia tidak bisa melihat orang-orang yang butuh. Kekayaan telah menulikan telinganya, hingga ia tidak bisa mendengar seruan nabi Musa ‘alaihissalam.Sample lain juga bisa dilihat pada kaum Saba’ yang Allah Ta’ala ceritakan dalam al Qur’an, tanah-tanah subur, pohon-pohon rindang dan hijau, sungai yang mengalir dan buah-buahan yang ranum, dikaruniakan kepada mereka, namun mereka lupa, lupa tempat berpijak.Akhirnya Allah akhiri cerita mereka dengan air bah, hancurlah semua kekayaan itu, kemudian tumbuh pohon-pohon yang tak bisa dimakan buahnya. Satu hal yang dikhawatirkan oleh rasulullah Saw.adalah ketika dibentangkannya dunia, sebagaimana diluaskan pada umat-umat terdahulu, kemudian manusia saling balapan untuk merengkuhnya, hingga mereka lebur, jatuh terjerembab dan tersungkur, layaknya umat di masa lampau.Sebagai sample, bisadilihat bagaimana Qarun dan hartanya dibenamkan ke dalam tanah, kekayaan telah menutup gerbang hatinya, hingga ia lupa pada sang Pemberi. Kekayaan telah menggelapkan pandangnya, hingga ia tidak bisa melihat orang-orang yang butuh. Kekayaan telah menulikan telinganya, hingga ia tidak bisa mendengar seruan nabi Musa ‘alaihissalam.Sample lain juga bisa dilihat pada kaum Saba’ yang Allah Ta’ala ceritakan dalam al Qur’an, tanah-tanah subur, pohon-pohon rindang dan hijau, sungai yang mengalir dan buah-buahan yang ranum, dikaruniakan kepada mereka, namun mereka lupa, lupa tempat berpijak.Akhirnya Allah akhiri cerita mereka dengan air bah, hancurlah semua kekayaan itu, kemudian tumbuh pohon-pohon yang tak bisa dimakan buahnya. Potongan contoh berikutnya juga bisa dilihat pada kisah pemilik kebun, satu orang bertaqwa kepada Allah dan menyadari semua itu dari-Nya, bukan semata kerja keras. Dan seorang lagi seorang yang angkuh, yang merasa apa yang dihasilkan adalah hasil dari kerja kerasnya, semua keindahan itu membuat terminal otaknya berhenti berpikir tentang kekuasaan Allah. Ia lupa kalau semua yang ia dapatkan itu datangnya dari Allah, kemudian Allah tutup lembaran kisahnya dengan kehancuran pada kebun itu. Hingga kemudian ia menyesali diri, sayang, tak berarti. Dan pada akhirnya seperti itulah kesudahan orang yang terbang di awang, orang yang tak ingat siapa-siapa.
Dari hadis yang diriwayatkan oleh al Bukhari tersebut, dapat dambil kesimpulan, bahwa kekayaan dapat melupakan dari mengingat Allah, itu sebabnya kenapa rasulullah mengkhawatirkan ketika dibentangkan dunia kepada umatnya. Namun bukan berarti rasulullah melarang umatnya untuk kaya, kekhawatiran itu hanya beliau tujukan kepada umatnya yang akar keimannya lemah.Takut tak kuat diterpa angin nafsu. Sedangkan kepada umatnya yang memiliki tembok keimanan, sama sekali rasulullah tidak mengkhawatirkan, sebagai contoh bisa kita lihat pada sahabat Abu Bakar, misalnya. Kita ketahui, bahwa Abu Bakar adalah sahabat nabi yang kaya, memilik harta yang banyak, kemudian harta itu ia sumbangkan untuk islam, hingga nabi bertanya, “Apa yang kau tinggalkan untuk anak dan istrimu,” apa jawabnya, “Allah dan rasul-Nya.” Kita juga bisa melihat Utsman bin Affan, lihatlah bagaimana dermawannya ia, membantu orang yang membutuhkan, menyumbangkan hartanya untuk perkembangan islam. Sama sekali tidak dimakannya sendiri. Dari contoh ini dapat kita petik pelajaran bahwa islam tidak melarang umatnya untuk kaya. Hanya saja ada kekhawatiran dari rasulullah jikalau kekayaan itu diberikan kepada orang yang beriman lemah. Bukan berarti kemiskinan tidak perlu dientaskan, karena kemiskinan merupakan masalah akut yang melanda bangsa kita.
Dari contoh ini juga dapat kita ambil ibrah, bahwa kekayaan itu juga dapat menghancurkan seperti halnya kaum Saba’, Qarun dan sipemilik kebun. Itu lantasan karena pondasi keimannya tidak kokoh. Jikalau keimanan itu telah membaja dalam dada, kita bisa lihat sahabat Abu Bakar dan Usman bin Affan, harta menjadikannya semakin dekat pada Allah.Membuka pintu dan mata hatinya, menyadari bahwa semua itu adalah amanah. Tentunya semua itu kembali bagaimana kita menstir kekayaan tersebut, dengan melihat jurang-jurang yang akan mendatangkan kehancuran, dengan akal dan pikiran terus digelindingkan, hingga ia mencapai garis ketakutan yang luar biasa pada Ilahi.
Kemiskinan merupakan sebuah kata yang sering berkeliaran di udara, sebuah kata yang sering ditangkap oleh telinga, atau direkam oleh mata melalui media, baik cetak maupun elektronik.Atau juga mungkin melingkari kehidupan kita sehari-hari. Kebanyakan manusia amat takut terguling kedalamnya, takut semua kebutuhan tak tercukupi, seakan tak yakin kalau Allah selalu memenuhi, mereka lupa pada ayat Allah yang mengatakan akan memberi dari pintu yang tak terduga.Akibatnya mereka berusaha dengan berbagai cara untuk mendapatkan kekayaan, mereka begitu sedih dan berduka ketika kekurangan atau sirna harta, bahkan yang lebih sadis sampai menukar agamanya hanya untuk mendapatkan kesengan sekejap. “Semua makhluk yang melata di bumi Allah cukupkan rezekinya,” tak ada yang luput, begitulah Allah berfirman. Semua angin khawatir bisa dibendung dengan tembok keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, seperti itulah Allah menjamin. Tak lagi ada badai was-was dan cemas.Jangan sampai kedipan dunia menyamatkan pandangan mata, hingga tak bisa melihat titik hitam ditengah benderang.
Kalau kita sering browsing, kita akan saksikan begitu banyak berita-berita kriminal, pencopetan, perampokan berlanjut pembunuhan, tujuannya cuma satu, harta. Satu hal yang sama sekali tidak diinginkan. Tentunya semua mendambakan hidup damai, saling bantu, memberi dan menolong antara sesama, tak ingin adanya kekerasan. Tapi itulah kenyataannya, demi harta apapun dilakukan.
Kita melihat kemiskinan melanda bangsa kita Indonesia semakin mengerikan dan dahsyat, berdasarkan data terakhir Word Bank November 2006 menyebutkan kemiskinan di Indonesia meningkat menjadi empat puluh sembilan persen, sekitar seratus empat puluh juta jiwa dari total penduduk Indonesia yang berjumlah dua ratus juta jiwa. Masalah kemiskinan memang bukan suatu kondisi yang diinginkan masyarakat, baik kota maupun desa. Tapi, itulah, jeratan kemiskinan terus mengintai saban hari, hingga tiap tahun angka kemiskinan bukannya berkurang malah meningkat. Kemiskinan adalah jeratan yang harus dibongkar semua pihak tanpa pandang bulu, dengan tentunya terus memupuk keimanan, agar bisa seperti halnya Abu Bakar dan Usman bin Affan. Namun kemiskinan tetaplah fakta dan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Yang kaya tambah perkasa dan yang miskin tambah melarat. Tak heran kalau banyak pengamat politik, ekonomi, sosial atau pun hukum mengatakan pemerintah hanya mampu melihat kemiskinan yang terpampang di depan mata, tanpa bsa melihat akar kemiskinan tersebut, yang berakibat akar tersebut tambah subur ditetesi hujan ketidaktahuan.
Kalau kita sinkron-kan dengan kualitas SDM, tentu juga menjadi suatu masalah atau penyebab, kita ketahui betapa rendahnya SDM kita, sabagai bukti bisa kita lihat bagaimana hasil-hasil bumi negara dipercayakan pada asing, karena menyadari betapa rendahnya kemampuan. Akibatnya kekayaan-kekayaan itu dibawa ke negara mereka, tinggalah serpihan tak berharga. Kemudian semua olahan itu dijual kekita dengan harga melonjak. Bagaimana kita tidak bertambah miskin?Di satu sisi, negara ingin mengentaskan kemiskinan dengan mengucurkan berbagai aliran dana kepada rakyat miskin. Tapi di sisi lain, banyak aliran dana yang malah diselewengkan.Maka jelaslah, kenapa hingga kini masalah kemiskinan belum juga dapat ditekan hingga pada titik yang terendah. Karenanya, meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, tetap hingga kini masih banyak rakyat Indonesia yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Sepertinya pemerintah harus lebih jeli lagi dalam memahami masalah kemiskinan. Karena selama ini, banyak kebijakan yang ditetapkan pemerintah justru malah membebani rakyat dan secara langsung bukan malah memerangi kemiskinan, tapi malah menjadikan rakyat semakin miskin. Untuk kita, marilah kita melihat keadaan disekeliling kita, kali saja ada sahabat kita yang membutuhkan uluran tangan. Disanalah letak peran kita membantu mereka, jangan tunggu dulu pemerintah turun tangan. Wallahua’lam!
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Template Information

Label 6

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bilik Foto - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template